Senin, 28 September 2015

Tak Sama Lagi

Rangkailah mimpi seindah belati
Sakitnya takkan terasa sayang
Walau ditikam berkali-kali
Kau kan tetap kutunggu diambang

Tapi luka takkan berubah jadi kering
Tiap kali iling, rindu mulai lagi keliling
Menapaki sayat demi sayat                                   
Bekas demi bekas –
di tebasnya lagi!

Lalu mengampun –
Menangis terisak yang terasa sesak
Takkan lagi rindu bertandang kesini
Membawa belati dan melukai

Aku Lupa lukaku
Dan lupakan lukamu
Jangan lagi kembali
Kau takkan sama lagi

Takkan berarti

Perihal Meninggalkan


Pada rentetan puisi aku, berbicara tentang pergumulanku. Menyimpannya rapi dalam kotak-kotak, yang telah kuberi nama-kebahagiaan ataupun kesedihan.
Sebelum kau datang, membawa setangkai mawar indah berduri. Menyiksaku dalam kebahagiaan yang terasa begitu pasti. Dalam saat-saat indah itu, tak jarang kudengar, sang waktu tertawa picik mendengar kebahagiaan kita. Seakan ia mengerti bahwa sebenarnya, tawa dan luka yang kita buat dalam kebersamaan, itu hanyalah semu.
Mungkin kau perlu tau keterpurukkanku. Aku begitu berusaha memperbaiki hati yang telah hancur,membangun lagi keyakinan,bahwa aku akan tetap baik. Dengan raga yang telah lelah,dengan jiwa yang telah remuk redam-aku mencoba menjalani hari tanpa apapun tentangmu.
Kini setelah lama kau biarkan sesak ini menghantui,kucoba lagi menulisimu dalam sebentuk puisi. Menyimpannya dalam kotak-kotak pergumulanku yang kuberi nama-kebahagiaan sekaligus kesedihan